Senin, 22 Oktober 2012

Profil Ketua Umum KASBI

Nining Elitos ( Ketua Umum KASBI )

Sebagai bahan referensi kawan-kawan GSBM-KASBI BEKASI Ayobainet. - Konfederasi kongres aliansi serikat buruh indonesia atau lebih akrab di singkat KASBI merupakan organisasi buruh terbesar dan berpengaruh kuat di indonesia, Dalam setiap aksinya KASBI selalu menyuarakan perjuangan kaum buruh yang tertindas khususnya dalam masalah kontrak kerja / oustsouching yang menjadi musuh utama kaum buruh.
KASBI saat ini dipimpin oleh seorang wanita tangguh, namun ramah kepada siapapun, adalah Nining Elitos sosok wanita kelahiran bengkulu yang sejak dari awal merupakan aktivis buruh dan bekerja di sejumlah pabrik ini kerap muncul ditelevisi nasional dalam diskusi permasalahan buruh, Bertahun-tahun lamanya Nining menjadi buruh di sejumlah pabrik, sehingga bisa dibilang telah kenyang makan asam-garamnya hidup memburuh. Tahun 1996-2000, Nining menjadi buruh di PT Arotama textile Industry sebelum akhirnya di-PHK karena terpilih sebagai ketua serikat buruh tingkat pabrik. Lalu pindah ke PT Sinde Budi Sentosa yang hanya bertahan selama setahun. “Atasan saya tahu kalau saya selama ini aktif di serikat dan kerap memimpin demo. Mereka tidak suka ada buruh seperti saya,” tutur Nining. Selepas itu, di tahun 2002 bekerja di PT Garmen Industri sampai kontraknya habis

Penasaran dengan kiprah tokoh nasional ini..? mari kita simak profil Nining Elitos ketua nasional KASBI yang berhasil kami terima dari sumber resmi KASBI :

Nining Elitos: Anti-ketidakjujuran dan Kecongkakan


Oleh: Joko Sumantri*



Di negeri ini, organisasi-organisasi sektor umumnya dipimpin oleh orang yang justru bukan berasal dari sektornya sendiri. Organisasi dengan basis anggota nelayan, petani, buruh banyak yang dikemudikan oleh ketua yang belum pernah menjadi nelayan betulan, bercocok tanam ala petani maupun bekerja sebagai buruh pabrik.
Alih-alih merupakan organisasi yang mestinya menjadi kepanjangan tangan angggotanya, organisasi-organisasi sektor yang mengklaim beranggota ratusan ribu hingga jutaan orang lebih mirip tentakel-tentakel dari kepentingan lebih besar. Organisasi bagaikan penyedot suara massa dengan mesin penyedot bernama partai politik.
Nining Elitos ( Ketua Umum KASBI )
Kecenderungan ini ingin “diselesaikan” oleh sekolompok aktivis buruh bernama Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI). Meski masih sangat baru (3 tahunan ini), KASBI sedari awal konsisten dan selalu mengupayakan organisasi ini kumpulannya para buruh dan dengan demikian, dipimpin pula oleh buruh. Yang lebih terasa surprise lagi, pucuk pimpinan KASBI dipegang buruh perempuan. Kehadiran ketua umum baru KASBI ini jelas merepresentasikan posisi penting buruh perempuan dalam organisasi buruh di masa sekarang.
Perempuan beranak satu kelahiran Bengkulu ini bernama Nining Elitos. Melalui serangkaian rapat-rapat komisi dalam Kongres II KASBI yang melelahkan di Lawang, Malang, 24-27 Januari 2008 kemarin, Nining terpilih sebagai ketua baru menggantikan Anwar “Sastro” Maruf yang kebetulan menjadi rivalnya dalam sesi pemilihan.
Tulisan ringan ini merupakan upaya menghadirkan sosok seutuhnya dari Nining Elitos ke hadapan Pembaca. Diharapkan dengan mengikuti profilnya, Pembaca bakalan mafhum bahwa sosok Nining memang patut mengemudikan organisasi buruh berslogan “Muda, Berani, Militan” ini.
Bertahun-tahun lamanya Nining menjadi buruh di sejumlah pabrik, sehingga bisa dibilang telah kenyang makan asam-garamnya hidup memburuh. Tahun 1996-2000, Nining menjadi buruh di PT Arotama textile Industry sebelum akhirnya di-PHK karena terpilih sebagai ketua serikat buruh tingkat pabrik. Lalu pindah ke PT Sinde Budi Sentosa yang hanya bertahan selama setahun. “Atasan saya tahu kalau saya selama ini aktif di serikat dan kerap memimpin demo. Mereka tidak suka ada buruh seperti saya,” tutur Nining. Selepas itu, di tahun 2002 bekerja di PT Garmen Industri sampai kontraknya habis.
Kepalang basah, Nining kian membulatkan tekad menjadi aktivis buruh sebenarnya. Deraan PHK sepihak maupun pemutusan kontrak kerja melecut keyakinannya sebagai aktivis. Apalagi dia pernah mengalami peristiwa amat mengesankan. “Awal tahun 2000 silam, saya memimpin demo buruh hingga mencapai 1400-an orang. Kami saat itu menuntut pemenuhan hak-hak kami yang diabaikan pihak empunya pabrik. Karena kuatnya posisi kami, tuntutan-tuntuan tersebut akhirnya dipenuhi,” ceritanya bersemangat.
Nining tak lena dan terus menempa diri. Posisinya dalam serikat buruh mencerminkan tekad dan kerja kerasnya. Seiring waktu berjalan, Nining masuk dan terlibat mulai dari keanggotan SPSI di tahun 1998. Karena tidak puas di serikat bikinan orde baru itu, Nining loncat pagar dan bergabung di SBM (Serikat Buruh Mandiri) 1999. Tak butuh waktu terlalu lama, setahun kemudian Nining duduk di kepngurusan SBM sebagai ketua.
Nining Elitos ( Ketua Umum KASBI )
Posisinya terus naik. Setelah menjadi wakil ketua II di GSBM (Gabungan Serikat Buruh Mandiri dimana SBM berada di dalamnya), Nining pun duduk di sekretaris GSBM hingga dua periode (2003-2006, 2006-2009). GSBM sendiri tergabung dalam KASBI. Ketika organisasi “induk” GSBM ini melakukan kongres, Nining bagaikan “naik pangkat”, langsung jadi ketua umum KASBI 2008-2011.
Kenapa seorang Nining memilih berserikat di tengah banyak orang justru alergi berorganisasi? Dan apalagi Nining seorang perempuan yang disibukkan pekerjaan rumah tangga. Jawabannya sederhana saja. Keputusannya itu dilambari oleh keprihatinan terhadap nasib kaum buruh yang kian jauh dari hak-haknya. “Satu-satunya ruang supaya nasib buruh membaik, apalagi kalau tidak dengan membangun kekuatan buruh sendiri. Dan hal itu hanya bisa digapai melalui serikat buruh yang kuat.”
Cukupkah itu? “Tidak juga,” jawabnya. Sebuah serikat buruh tidak lantas menyelesaikan persoalan buruh seluruhnya. Serikat-serikat buruh mungkin banyak dan bertebaran, tapi justru karena itulah kaum buruh kurang mampu memperlihatkan kekuatan sesungguhnya. Serikat-serikat buruh masih tercerai-berai. Yang memprihatinkan, pengurus serikat buruh sekalipun masih banyak yang berpikiran pragmatis dan ekonomis. Maksudnya, hanya bertendensi pada pemenuhan kebutuhan hidup jangka pendek.
Sejumlah serikat buruh pun secara terang-terangan memiliki “cantolan” ke partai-partai politik tertentu. Padahal parpol-parpol tersebut jelas tidak memiliki keberpihakkan yang memadai terhadap kepentingan buruh. “Tidak hanya parpol, sejumlah serikat buruh (SB) memiliki ketergantungan akut pada lembaga donor. Jika bantuan donor hilang, SB-pun lantas berhenti beraktivitas,” jelasnya.
Lalu bagaimana dengan KASBI? Jika Anda rajin membuka berita seputar peringatan May Day 2007, bendera KASBI berkibar-kibar. Demo puluhan ribu anggota KASBI “merebut” headline hampir seluruh media nasional dan daerah. Saat ini anggota KASBI mencapai 120-an ribu. Jangan senang dulu! Meskipun terlihat banyak, sebenarnya jumlah ini justru relatif lebih kecil dari SB-SB besar macam SPSI, SPN, SBSI. Hanya saja, militansi anggota-anggotanya boleh diadu.
Menurut pengidola Marsinah, Che Guevara dan Wiji Tukul ini, KASBI berhasil mempersatukan SB di kota-kota. Program perjuangan KASBI pun mulai bisa diterima di berbagai sektor. KASBI aktif dalam ABM (Aliansi Buruh Menggugat), bahkan boleh dibilang core-nya. Yang menyenangkan, KASBI mulai bisa memenangkan persoalan yang dihadapi SBA-SBA-nya, seperti pembebasan ketua sebuah SBA dari ancaman hukuman penjara, bahkan akhirnya malah kembali masuk kerja.
Program KASBI yang utama di antaranya penghapusan sistem kerja kontrak dan outsourcing, penolakan PHK dan penolakan upah murah (diganti upah layak nasional). Bagi Nining, selain berhadapan dengan kekuasaan yang berkolaborasi dengan pangusaha, KASBI menghadapi kelembaman gerakan buruh di luar KASBI. “Gerakan buruh saat ini masih tersekat-sekat. Banyak yang belum menyadari ketertindasan yang dialami buruh, padahal mereka sendiri adalah buruh. Atau mereka menyadarinya, tapi tidak memahami siapa yang melakukan proses penindasan tersebut.” Jangan lupa, tambahnya, elit-elit serikat buruh banyak pula yang membawa kepentingannya sendiri namun dengan mengatasnamakan serikat.
Manusia Biasa
Nining Elitos yang kini ketua KASBI ini tetaplah manusia biasa. Biarpun aktualisasinya “nyaris” habis untuk serikat buruh, Nining tetap berusaha belajar, baik melalui membaca buku sampai belajar di lapangan sebagai organizer. Di sela-sela ribetnya urusan perburuhan, Nining juga aktif di organisasi pemuda bernama FPB di Bekasi.
Anda mungkin pernah melihatnya sebagai koordinator lapangan (Korlap) dalam sebuah demonstrasi (misalnya saat aksi nasional KASBI menuntut upah layak nasional di Istana 2007, peringatan HAM 2007 atau penolakan Perda Tibum di DPRD DKI di tahun yang sama). Namun Nining tetaplah seorang ibu dengan satu anak. Sebagaimana perempuan lain di muka bumi, Nining membenci ketidakjujuran dan kecongkakan.
Begitulah Nining. Nining Elitos.
*Penulis adalah Sastrawan cum Aktifis, tinggal di Solo

SUMBER
http://www.ayobainews.com/2012/10/nining-elitos-mereka-tidak-suka-ada.html

0 komentar:

Posting Komentar

 
Development by GSBM-KASBI BEKASI | Bloggerized by Supriyadi Anc - Konfederasi KASBI | Facebook Pusat Konfederasi KASBI